spotthenumber.com – Ribuan warga Afghanistan mempertaruhkan nyawa mereka demi mendukung operasi militer Amerika Serikat selama dua dekade terakhir. Mereka bertugas sebagai penerjemah, pemandu lokal, logistik, dan informan yang membantu pasukan AS menjalankan misinya di wilayah-wilayah konflik. Dengan kemampuan bahasa dan pengetahuan budaya yang mendalam, mereka menyelamatkan banyak nyawa tentara Amerika dari jebakan dan serangan musuh.
Janji Perlindungan AS Membawa Harapan
Pemerintah Amerika Serikat menjanjikan perlindungan dan suaka bagi warga Afghanistan yang membantu militer. Melalui program visa khusus seperti Special Immigrant Visa (SIV), AS membuka jalan bagi mereka yang menghadapi ancaman balasan dari Taliban dan kelompok ekstremis lain. Banyak warga Afghanistan mengandalkan janji ini untuk menyelamatkan keluarga mereka dan memulai kehidupan baru di negara yang mereka bantu.
Larangan Perjalanan Trump Menghancurkan Harapan
Namun, larangan perjalanan yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump pada 2017 memupuskan harapan itu. Kebijakan tersebut membatasi masuknya warga dari beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Afghanistan. Banyak pemohon visa yang sudah menunggu bertahun-tahun tiba-tiba kehilangan peluang untuk pindah ke Amerika. Mereka merasa ditinggalkan oleh negara yang pernah mereka bantu dengan setia.
Penderitaan Bertambah di Tengah Ketidakpastian
Sejumlah warga Afghanistan yang berada di tahap akhir proses visa harus kembali bersembunyi karena ancaman pembalasan dari kelompok bersenjata. Keluarga mereka hidup dalam ketakutan setiap hari. Mereka terus berpindah tempat untuk menghindari penangkapan atau eksekusi. Anak-anak mereka tidak bisa sekolah, sementara mereka sendiri tidak bisa bekerja secara terbuka. Keadaan ini menciptakan frustrasi mendalam dan rasa pengkhianatan terhadap pemerintah AS.
Veteran AS Ikut Suarakan Kekecewaan
Banyak veteran militer AS yang pernah bertugas di Afghanistan merasa marah dengan kebijakan Trump tersebut. Mereka mengenal warga Afghanistan yang telah menyelamatkan hidup mereka. Para veteran itu membentuk kelompok advokasi dan mendesak Kongres serta Gedung Putih agar mempercepat proses visa dan mencabut pembatasan yang tidak adil. Mereka menilai larangan perjalanan itu bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan loyalitas.
Seruan untuk Menepati Janji
Organisasi hak asasi manusia, mantan pejabat, dan kelompok sipil juga menuntut pemerintah Amerika untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Mereka meminta agar semua warga Afghanistan yang memenuhi syarat segera mendapatkan izin masuk. Mereka menegaskan bahwa meninggalkan mereka dalam bahaya berarti melanggar janji moral dan politik yang telah dibuat selama bertahun-tahun.
Sebuah Luka yang Belum Sembuh
Larangan perjalanan era Trump meninggalkan luka mendalam bagi warga Afghanistan https://ervaringsdeskundige.info/verrekening-inkomen-bij-uitkering/ yang dulu berdiri di sisi pasukan Amerika. Mereka mengharapkan pengakuan dan perlindungan, bukan pengabaian. Kini, perjuangan mereka belum selesai. Mereka masih menanti keadilan dari negara yang pernah mereka layani dengan setia.